Menu1

Sabtu, 22 Agustus 2009

KADO UNTUK IBU

Cici sedang asyik bermain masak-masakan di halaman belakang, ketika Ayah menghampirinya.

“Hari ini Ibu berulangtahun, lho! Ayah akan menyiapkan pesta kecil di rumah. Sedangkan tugasmu, membelikan kado untuk Ibu. Ini uangnya.” bisik Ayah.

“Oooh…tugas rahasia ya, Yah? Asyiiik!” seru Cici senang.

“Ssttt…!” Ayah menoleh kanan-kiri, takut kalau Ibu mendengar rencana pesta kejutan nanti.

Cici menyusuri trotoar dengan hati riang. Hari ini Ibu berulangtahun, dan ia pasti akan membelikan kado yang paling bagus buat Ibu.

Ia memandang sekeliling. Berbagai macam toko berderet-deret, seakan memanggil-manggil Cici untuk masuk dan melihat isinya.

“Kado apa yang bagus ya?” Cici terus melangkah.

Tak sengaja, mata Cici tertumbuk pada sebuah benda biru lembut nan empuk di sebuah etalase toko. Sebuah boneka beruang yang lucu.

“Ah, bagus sekali…” Cici langsung jatuh cinta pada boneka itu. “Hmm…ini akan menjadi hadiah terbaik!” Maka Cici pun membeli boneka beruang biru itu.

“Uang dari Ayah juga masih sisa! Aku dapat diskon dari pemilik toko, ketika aku bilang ini hadiah untuk Ibu. Aku memang pintar! Hihi!” Cici tersenyum.

Tak lama kemudian, Cici melewati sebuah toko hewan peliharaan. Ia tertarik masuk untuk melihat hewan-hewan yang lucu. Ada hamster, kucing, anak anjing, kura-kura, dan…oh, seekor ikan mas koki bermata bulat, gemuk, dan lincah berenang ke sana kemari. Terlalu sayang untuk pulang tanpa membeli ikan itu. Tapi, ia kan sudah membeli boneka untuk kado Ibu….

“Apa salahnya membeli dua kado? Apalagi kalau kadonya bagus-bagus.” katanya dalam hati.

Sekali lagi, Cici menghitung uang dari Ayah. Ah, masih ada sisa malahan, walaupun sedikit.

Cici tersenyum puas sambil keluar dari toko hewan peliharaan. Dua kado yang sangat hebat telah ia beli untuk Ibu. Lalu, ia memutuskan pulang ke rumah.

Tapi…eh, apa itu? Ada bulatan-bulatan berwarna-warni sebesar kelereng, dalam toples kaca di sebuah toko grosir. Permen! Mmm…pasti manis sekali rasanya….

“Kalau begitu, biar uang sisanya aku belikan permen saja. Jadi ada tiga hadiah buat Ibu!” Cici mengangguk-angguk pelan.

Namun, sepanjang perjalanan pulang, hati Cici merasa tak enak. Sepertinya, ada yang salah dengan kado-kado ini…apa ya?

Cici tidak hanya mempunyai satu kado, tapi tiga kado malah! Semuanya Cici suka. Semua bagus-bagus!

Ia berpikir lagi, “Boneka….ikan mas koki….permen….ah tunggu! Semuanya kan kesukaanku! Bukan kesukaan Ibu! Aduh…aku telah salah membeli hadiah!!”

Cici menjadi panik. Saat ia melewati kebun bunga milik Bibi Lili, ia segera ingat bahwa kesukaan Ibu adalah bunga Tulip! Karena uangnya sudah habis, maka Cici bermaksud meminta beberapa potong bunga Tulip pada Bibi Lili.

“Oh, kado untuk Ibu, ya? Ambillah sesukamu, Cici.” kata Bibi Lili.

“Terima kasih, Bi!”

Sesampainya di rumah, Ayah dan Ibu sudah menunggu Cici di ruang makan yang dihiasi pita-pita dan balon-balon oleh Ayah.

“Nah, ini dia kadonya datang.” kata Ayah senang.

“Kado apa yang kamu belikan untuk Ibu, Ci?” tanya Ibu.

“Selamat ulang tahun ya, Bu! Cici sayang Ibu!” Cici mencium pipi Ibu.

Dan ketika Ibu membuka semua kado-kado yang dibeli Cici….

“Ooo, benar-benar hadiah yang istimewa ya? Pasti ini pilihan Cici sendiri.” Ibu tertawa kecil, dengan agak heran, melihat sebuah boneka beruang, seekor ikan mas koki, sekantung permen, dan seikat bunga Tulip.

“Hehehehe….” Cici tersenyum malu-malu, sambil melirik ke arah Ayah yang sedang menahan tawa, melihat kado-kado Cici.

2 komentar:

  1. Lucuuuuuu..hihihi...kayak aku juga kalo beli kado or baju buat anak2ku..sesuai dng selera dan kemauanku :)

    BalasHapus
  2. Kadang kita lupa kado yang kita beli itu sebenernya untuk siapa....hihihi...

    BalasHapus

Halo, Pembaca Dongeng Bunda!
Apa pendapat kalian tentang dongeng ini?