Kali ini, setelah hujan reda, ia melihat sesuatu yang berbeda.
“Wuah! Apa itu, Nek? Kok ada merah…hijau…kuning…biru…melengkung di langit? ” tanya Mopi pada Nenek yang sedang menyiapkan teh hangat bersama Ibu.
“Itu namanya pelangi.” jawab Nenek.
Wah…pelangi ya? Benar-benar indah. Mopi juga ingin punya pelangi.
“Besok aku mau pergi menangkap pelangi, ah!” cetus Mopi.
Tapi, bagaimana caranya? Semalaman Mopi tidak bisa tidur memikirkannya.
Esok harinya, setelah hujan reda, sebuah pelangi muncul lagi. Mopi berlari keluar rumah sambil membawa kantung besar.
“Hup…hup…hup…” ia segera memanjat pohon kelapa yang tinggi di dekat rumah. Mopi mau menangkap pelangi.
Tapi, sampai di pucuk pohon, pelangi itu masih saja tak tergapai oleh tangan Mopi.
“Ah, sayang. Padahal tinggal sedikit lagi.” sesal Mopi.
Ketika pulang ke rumah, Mopi melihat Nenek membawa sekeranjang benang wol berwarna-warni. Jangan-jangan…..
“Apa Nenek juga mau menangkap pelangi dengan benang-benang itu?” tanya Mopi curiga.
Nenek hanya tersenyum. Hati Mopi semakin dag-dig-dug. Jangan sampai Nenek mendahuluinya menangkap pelangi!
Setiap ada pelangi muncul, Mopi pasti berlari keluar rumah sambil membawa kantung besar. Semua pohon yang tinggi-tinggi ia panjat untuk menangkap pelangi. Namun, selalu gagal. Hiks!
Tapi, di hari Minggu ini, Mopi sungguh beruntung. Ayah mengajak Mopi naik balon udara! Ayah meminjamnya dari seorang teman. Asyik!
Saat balon udara melintasi pelangi, tangan Mopi berusaha meraihnya untuk dimasukkan ke dalam kantung. Namun, ternyata pelangi itu seperti udara! Tidak bisa ditangkap!
Mopi pulang dengan perasaan kecewa. Ia senang naik balon udara bersama Ayah, tapi ia gagal menangkap pelangi.
Dan Nenek tahu itu. Beliau memberikan sebuah kejutan untuk Mopi.
Oh, sebuah sweater bergaris warna-warni! Bagus sekali! Kok rasanya mirip…..
“Nenek berhasil menangkap pelangi?!” tanya Mopi heran.
Nenek tertawa. “Mopi, pelangi tidak bisa ditangkap. Tapi, kalau kau suka pelangi, kau bisa menangkap keindahannya. Nenek merajut sweater ini untuk menangkap keindahan pelangi.”
Mopi mengangguk-angguk. Ooh…begitu ya….
“Terimakasih, Nek!” Mopi memeluk Nenek dengan hangat.