Menu1

Selasa, 22 Mei 2012

KADO UNTUK IBU

Cici sedang asyik bermain masak-masakan di halaman belakang, ketika Ayah menghampirinya. 
“Hari ini Ibu berulang tahun, lho! Ayah akan menyiapkan pesta kecil di rumah. Sedangkan tugasmu, membelikan kado yang hebat untuk Ibu. Ini uangnya.” bisik Ayah.  
“Oooh…tugas rahasia ya, Yah? Asyiiik!” seru Cici senang. 
“Ssttt…!” Ayah menoleh kanan-kiri, takut kalau Ibu mendengar rencana pesta kejutan nanti.

 


“Wuaah!!” seru Cici, saat menyusuri trotoar untuk membeli kado Ibu. 
Berbagai macam toko berderet-deret di samping. Seakan memanggil-manggil Cici untuk masuk dan melihat isinya. 
Semua toko tampak menarik. 
“Aku akan membeli kado terhebat untuk Ibu. Tapi, apa ya?” 
Cici mulai kebingungan. Toko mana yang menjual hadiah terhebat untuk Ibu? 




Tanpa sengaja, mata Cici tertumbuk pada sebuah benda biru lembut nan empuk di sebuah etalase toko. Sebuah boneka beruang yang sangat lucu. 
“Ah, bagus sekali…” Cici menyentuh bulu boneka beruang yang halus. 
Ia langsung jatuh hati pada boneka itu.  
“Hmm…ini akan menjadi hadiah terhebat!” ucapnya semangat. 
Maka Cici pun membeli boneka beruang biru itu. 
“Uang dari Ayah juga masih sisa! Aku dapat diskon dari pemilik toko, ketika aku bilang ini hadiah untuk Ibu. Aku memang pintar! Hihi!” Cici tertawa kecil. 




Tak lama kemudian, Cici melewati sebuah toko hewan peliharaan. Ia tertarik masuk untuk melihat hewan-hewan yang lucu. 
Ada hamster, kucing, anak anjing, kura-kura, dan…oh, seekor ikan mas koki bermata bulat, gemuk, dan lincah berenang ke sana kemari. 
“Iih...lucu!” Cici geli melihat wajah dan tingkah ikan mas koki yang menggemaskan. Terlalu sayang jika tidak dibeli. Tapi, ia kan sudah membeli boneka untuk kado Ibu….  
“Apa salahnya membeli dua kado? Apalagi kalau kadonya bagus-bagus.” pikirnya. 
Sekali lagi, Cici menghitung uang dari Ayah. 
Ah,jumlahnya cukup untuk membeli ikan mas koki. Masih ada sisa malahan. Walaupun sedikit. 
Cici tersenyum puas, sambil melangkah keluar toko. Dua kado yang sangat hebat telah ia beli untuk Ibu. Ia pun memutuskan pulang ke rumah. 




Tapi…eh, apa itu? 
Ada bulatan-bulatan berwarna-warni sebesar kelereng, dalam toples kaca di sebuah toko warna-warni. Permen! Mmm…pasti manis sekali rasanya…. 
“Kalau begitu, biar uang sisanya aku belikan permen saja. Jadi ada tiga hadiah hebat buat Ibu!” Cici mengangguk-angguk pelan. 
Ia bangga sekali dengan hasil tugas rahasianya. Namun, sepanjang perjalanan pulang, hati Cici merasa tak enak.  
Sepertinya, ada yang salah dengan kado-kado ini…apa ya? 

Saat melewati kebun bunga milik Bibi Lili, tiba-tiba Cici teringat sesuatu.
Ibu suka bunga Tulip! Boneka beruang, ikan mas koki, dan permen adalah kesukaan Cici. Bukan kesukaan Ibu. O-o! Rupanya, ia telah keliru membeli kado!
“Seharusnya, kado yang kubeli adalah benda kesukaan Ibu. Bukan kesukaanku sendiri...” sesalnya. 
Namun, kini, uang pemberian Ayah telah habis. Maka, Cici bermaksud meminta beberapa potong bunga Tulip pada Bibi Lili. 
“Oh, kado untuk Ibu, ya? Ambillah sesukamu, Cici.” kata Bibi Lili. 
“Terima kasih, Bi!” 
Huff, untung Bibi Lili baik hati. 

 

Sesampainya di rumah, Ayah dan Ibu sudah menunggu Cici di ruang makan. Hiasan pita-pita dan balon-balon yang dipasang Ayah,membuat ruangan nampak ceria. 
“Nah, ini dia kadonya datang.” sambut Ayah senang. 
“Selamat ulang tahun ya, Bu! Cici sayang Ibu!” Cici mencium pipi Ibu. 
“Kado apa yang kamu belikan untuk Ibu, Ci?” tanya Ibu. 
Cici tidak menjawab. Wajahnya tersipu-sipu malu. 
Dan ketika Ibu membuka semua kado-kado yang dibeli Cici…. 
“Ooo, benar-benar hadiah yang istimewa ya? Pasti ini pilihan Cici sendiri.” 
Dengan perasaan heran, Ibu mengamati benda-benda di depannya. Sebuah boneka beruang, seekor ikan mas koki, sekantung permen, dan seikat bunga Tulip. 
“Terima kasih, Sayang!” ucap Ibu. 
Ayah dan Ibu bersama-sama mencium pipi Cici. 
Cici merasa sangat bahagia.


-Selesai-